Jakarta - Untuk 2018, Mandiri Syariah menargetkan perolehan laba bersih sebesar Rp450-500 miliar. Angka tersebut tumbuh 30-40% dibandingkan 2017.

Sementara itu, untuk fee based income ditargetkan tumbuh 21%. "Sedangkan untuk pembiayaan ditargetkan tumbuh 12-13% dengan fokus pada segmen ritel. Sebab, kesyariahan bank sudah menempel pada level individu," kata Direktur Utama Bank Syariah Mandiri Toni EB Subari dalam paparan kinerja 2017, di Jakarta

Alasan fokus pembiayaan pada segmen mikro, menurut Toni, karena kontribusi UMKM dan usaha mikro sangat besar terhadap pertumbuhan domestik bruto (PDB).

Sementara itu, Nonperforming Financing (NPF) yang sudah direstrukturisasi akan dipantau dengan ketat sehingga NPF bisa dipatok di bawah 4%.

Sedangkan untuk aset, ditargetkan mencapai Rp91-93 triliun. Rasio kecukupan mofal alias Capital Adequacy Ratio (CAR) mencaoai 15,86%. "Angka ini sudah lebih dari cukup jika mengacu pada ketentuan, tapi kita tetap akan tingkatkan," ucapnya.

Untuk Dana Pihak Ketiga (DPK) 2018, Mandiri Syariah menargetkan Rp83 triliun. "Semua itu bisa dicapai dengan efisiensi cost. Itu strategi BSM baik di 2017 ataupun 2018," ujar dia.

Selama 2017, laba Mandiri Syariah naik 12,22% dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sebesar 11,37% (year on year) atau meningkat sebesar Rp7,95 triliun dari Rp69,95 triliun per Desember 2016 menjadi Rp77,90 triliun pada Desember 2017.

"Peningkatan DPK mendorong aset Mandiri Syariah per Desember 2017 naik 11,55% (yoy) menjadi Rp87,94 triliun dibandingkan sebesar Rp78,83 triliun per posisi Desember 2016," papar dia.

Untuk pembiayaan, sampai dengan Kuartal IV 2017 Mandiri Syariah berhasil menyalurkan sebesar Rp60,69 triliun atau tumbuh 9,20% dibandingkan Rp55,58 triliun pada Desember 2016.