You Are Here : Home » » Tantangan Mengembangkan Bisnis Startup di Indonesia

Tantangan Mengembangkan Bisnis Startup di Indonesia

Kali ini mr 212 akan menjelaskan tantangan mengembangkan bisnis startup di Indonesia

Ada tiga rintangan yang harus dilalui oleh startup untuk dapat berkembang, antara lain teknologi, bisnis, serta kepemimpinan dan manajemen.Ketekunan yang sejalan dengan misi perusahaan adalah kunci agar startup dapat berkompetisi dengan perusahaan raksasa.Startup juga perlu mengutamakan kesejahteraan sumber daya manusia, komitmen, dan kedisiplinan.

Saya sedang mengalami déjà vu.

Ketika saya masih bekerja di Amerika Serikat, saya tinggal di Silicon Valley. Saat itu masa gelembung dot-com terjadi di sana, sekitar akhir tahun 1990-an hingga awal 2000-an. Masa-masa yang riuh tersebut telah melahirkan dua kelompok:

Mereka yang berhasil dengan sangat sukses.Mereka yang gagal total.

Di masa awal pendiriannya, Ebay telah menghasilkan keuntungan. Mereka menerima pendanaan awal sebesar US$6,7 juta (sekitar Rp89,9 miliar). Kini, mereka telah memiliki kapitalisasi pasar (market cap) yang menyentuh angka hingga US$38 miliar (sekitar Rp509 triliun).

Paypal yang telah mendapatkan pendanaan sebesar US$217 juta (sekitar Rp2,9 triliun), kini memiliki market cap lebih dari US$70 miliar (sekitar Rp939 triliun).

Di sisi lain, sebuah toko grosir online bernama Webvan, mendapatkan pendanaan sejumlah US$396 juta (sekitar Rp5,3 triliun). Investasi ini berasal dari modal ventura kelas dunia, seperti Benchmark Capital, Sequoia Capital, Softbank Capital, Goldman Sachs, Yahoo, dan lainnya.

Setelah itu, mereka mendapatkan tambahan dana lagi senilai US$375 juta (sekitar Rp5,1 triliun) dari hasil penjualan saham. Tak bertahan lama, sayangnya startup tersebut bangkrut.

Beberapa tahun belakangan ini, para perusahaan global dan modal ventura telah meningkatkan investasi mereka di Indonesia. Pergeseran ini terjadi setelah pasar di Amerika Serikat dan China sudah matang. Keberhasilan Silicon Valley serta kisah sukses BAT (Baidu, Alibaba, dan Tencent) di China kian menginspirasi dan memotivasi para investor.

Indonesia, yang dihuni oleh lebih dari 260 juta orang, menempati peringkat keempat sebagai negara terpadat di dunia. Sebagian besar dari populasi tersebut adalah generasi millennial yang memiliki tingkat presensi digital yang tinggi.

Ada yang memang sudah aktif di media sosial; ada pula yang baru pertama kali terjun ke dunia maya. Jumlah generasi ini masih terus berkembang, menjadikan Indonesia sebagai sasaran empuk berikutnya bagi para penggiat dunia digital.

Terlepas dari semua ini, ada pula berita seputar sejumlah startup yang mendapat suntikan dana dalam jumlah mencapai miliaran. Sebagian lagi telah mengumumkan keuntungan yang mereka raih. Ada pula yang meraih profit, tapi tak ada informasi lebih rinci mengenai jumlah pegawai, jumlah pelanggan, dan metrik penting lainnya. Di saat yang sama pula, tak sedikit startup yang bangkrut selama beberapa tahun belakangan.

Hal lain yang menarik minat saya selain teknologi adalah permainan catur. Terdapat tiga fase saat bermain catur:

bagian pembukaanbagian pertengahanbagian akhir permainan

Setiap pemain harus dapat mengetahui kapan dimulai dan berakhirnya setiap fase tersebut. Mereka juga harus segera mengubah dan menyesuaikan strategi permainan pada masa transisi tersebut. Kemampuan yang digunakan pada satu fase mungkin tidak dapat digunakan lagi di fase berikutnya.

Kompetisi di Indonesia telah dimulai. Menurut saya, fase pembukaan sudah berakhir. Pemain-pemain lokal mulai tumbuh dan berkembang. Satu per satu perusahaan internasional juga sudah ikut bertaruh dalam pertarungan ini.


Apa selanjutnya? Terlalu cepat untuk menentukan siapa yang akan menang dan kalah. Saat ini sedang dalam masa transisi menuju fase pertengahan permainan.

Nah, artikel ini akan membahas hal apa saja yang perlu diperhatikan para pemain di langkah-langkah berikutnya. Semua ini saya tulis berdasarkan pengalaman saya yang telah berhasil melewati permainan ini satu atau dua kali.

Kesulitan dan tantangan

Jika Indonesia mengikuti jejak Silicon Valley, akan terjadi ketimpangan. Banyak startup akan yang akan berakhir di kuburan bersama startup-startup lainnya, sedangkan sejumlah pemain besar akan semakin mendulang kesuksesan.

Setiap startup harus melewati kesulitan yang akan menentukan nasib mereka di tengah pertumbuhan startup lain yang begitu pesat. Mengetahui kesulitan yang dihadapi adalah langkah pertama agar siap sedia saat harus mengatasinya.

Secara lebih spesifik, ada tiga rintangan yang harus dilalui oleh startup:

TeknologiBisnisKepemimpinan dan manajemen.

Taklukan setiap aspek tersebut sesuai waktunya. Jika kamu melakukannya, kemungkinan besar bisnismu akan menjadi scalable , menguntungkan, dan berkesinambungan.

Teknologi

Sumber: Agile Lean Life

Industri berjalan dengan begitu cepat. Penemuan teknologi saat ini adalah cikal bakal bagi inovasi berikutnya. Berbagai penemuan selama enam dekade belakangan, seperti mainframe, PC, internet, mobilecloud-computingnetworking, AI, user interface (UI), dan komunikasi, telah berhasil meningkatkan produktivitas kita.

Ada perusahaan yang bertumbuh dengan cepat. Banyak pula yang gagal  lebih cepat dari perkiraan, jika mereka terlalu cepat puas dengan perusahaannya sendiri dan tidak berinovasi.

Perusahaan di industri teknologi terbagi ke dalam dua aliran:

Perusahaan yang telah sukses akan berkembang semakin besar, bahkan hampir mencapai level monopoli.Perusahaan yang mengalami kebangkrutan, atau lebih buruk lagi, tidak relevan.

Saya akan menyebutkan segelintir keputusan teknis yang perlu kamu pertimbangkan seiring dengan berkembangnya startup milikmu.

Scalability dan stabilitas

Ini adalah salah satu kesulitan yang paling sering ditemukan ketika sebuah startup sedang dalam proses berkembang. Sistem milikmu crash beberapa kali dalam satu hari adalah hal yang lumrah. KASKUS, Twitter, Amazon, dan lainnya sudah mengalami hal ini dan berhasil melewatinya meskipun secara perlahan.

Pertumbuhan yang pesat merupakan sebuah masalah yang baik. Namun, itu harus diatasi secara cepat sebelum “masalah yang baik” ini menjadi bumerang bagi bisnismu.


Startup yang baik memiliki kemampuan untuk membangun kembali pesawatnya bahkan saat berada di tengah udara, serta memberikan solusi untuk perkembangan jangka panjang yang berkelanjutan.

Keamanan

Ini adalah hal yang kerap diabaikan oleh kebanyakan pelaku startup. Kemungkinan besar karena sistem mereka belum pernah diretas sehingga kurang menyadari ancaman akan hal ini. Banyak pula founder muda yang telat menyadari pentingnya memiliki kemampuan untuk mengatasi isu keamanan ini. Masih banyak startup yang menghadapi masalah ini, utamanya yang bergerak di bidang e-commerce dan pembayaran. 

Merambah pasar internasional dan lokal

Bidang ini juga sering terlupakan. Kebanyakan startup tanah air memang hanya menargetkan pasar lokal. Namun, ketika kesempatan untuk go international datang, kelaikan software milikmu dari segi desain dan implementasinya tentu harus teruji. Akan lebih baik jika hal ini diserahkan kepada tim software engineering yang ahli dalam hal ini.

Bisnis

Beberapa orang menyarankan agar menggunakan uang perusahaan seperti uang sendiri dan berhematlah. Ini menjadi saran penting bagi kamu yang bergelut di dunia startup, terlebih jika startup milikmu belum menghasilkan keuntungan.

Pemilik perusahaan dan tim manajemen bertanggung jawab kepada berbagai stakeholder, seperti karyawan, pelanggan, pemegang saham, dan komunitas, baik secara hukum, etika, dan moral. Para VC pun memiliki tanggung jawab terhadap investornya. Oleh sebab itu, mereka tentu berharap untuk mendapatkan kembali uang investasinya dalam jumlah yang berlipat.

Kelalaian dalam mengelola keuangan menjadi penyebab lain kegagalan startup. Ketika sebuah startup mendapatkan suntikan dana segar, kesalahan terbesar yang paling umum adalah menghabiskannya dalam sekejap.


Kebiasaan-kebiasaan seperti menyewa mobil mewah untuk menjemput tamu, berpesta di hotel bintang lima, mengadakan outing perusahaan di resor eksotis, akan membuatmu terkesan tidak bertanggung jawab di mata para pemegang saham. Saya percaya bahwa sebuah startup harus berjalan sesuai dengan kemampuannya. Kita harus mengeluarkan uang secara cerdas dan sedikit demi sedikit.

Di saat yang sama, penting untuk tetap menjaga kualitas karyawanmu secara ketat. Saya sebelumnya bekerja di salah satu perusahaan software tersukses di dunia ketika masih berskala kecil. Kami bekerja selama lebih dari 12 jam sehari dan tujuh hari dalam seminggu.

Kami tidak mengeluh, karena kami mencintai apa yang kami kerjakan. Apa yang kami kerjakan memengaruhi hidup orang-orang di dunia. Hal itu yang membuat kami merasa pekerjaan kami bermakna. Kami bersama-sama menjalankan misi untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik! Perusahaan berjalan baik dan sukses secara finansial.

Perusahaan tersebut masih berkembang pesat beberapa tahun setelahnya. Seorang karyawan lama bertanya kepada karyawan yang baru masuk terkait alasannya ingin bekerja di perusahaan tersebut.

Jawabannya cukup mengejutkan.

Karyawan baru tersebut bergabung demi minum gratis, makanan gratis, pesta, dan keuntungan lainnya. Seluruh alasannya bergabung ke perusahaan kurang tepat! Ia tidak memiliki semangat maupun gairah seperti karyawan lama yang telah membentuk perusahaan seperti sekarang adanya.

Ketekunan yang sejalan dengan misi perusahaan adalah kunci agar startup dapat berkompetisi dengan perusahaan raksasa.


Kepemimpinan dan manajemen

Seiring dengan berkembangnya startup, interaksi antarkaryawan juga akan semakin rumit, apalagi dengan latar belakang pendidikan, pengalaman, dan budaya yang berbeda. Pertumbuhan juga akan membawa perubahan pada pelanggan, pemegang saham, dan integrasi produk yang semakin kompleks.

Founder dan juga tim manajemen seketika harus berurusan dengan berbagai unit bisnis serta lokasi kantor dan zona waktu yang berbeda-beda. Bisa dikatakan bahwa akan sangat sulit untuk menghitung semua kemungkinan yang ada.

Lalu, bagaimana mengatasi tantangan tersebut?

Berikut ini adalah beberapa solusinya:

People-First 

Sebuah perusahaan akan sukses jika karyawan dan pelanggannya merasa puas. Memenuhi kebutuhan karyawan akan mencegah perhatian mereka terbagi sehingga mereka dapat fokus pada pekerjaannya. Hasilnya, kepuasan pelanggan juga akan meningkat.

Alignment

Salah satu penyebab gagalnya sebuah startup adalah masalah internal.

Semua departemen, mulai dari PM, engineering, penjualan, pemasaran, keuangan, HR, customer support, dan sebagainya, harus menyesuaikan target mereka agar sejalan dengan tujuan jangka panjang dan jangka pendek perusahaan.


Hal ini perlu dimonitor untuk memastikan bahwa semuanya sudah sejalan. Yang terpenting adalah semua pihak setuju dan berkomitmen. Jika terpaksa, hal terbaik berikutnya adalah “tidak setuju dan berkomitmen”, selama urutan prioritas mengutamakan perusahaan, tim, dan individu.

Disiplin

Sudah menjadi rahasia umum bahwa para pekerja di Silicon Valley berpakaian kasual. Mulai dari kaos dan celana jin, atau bahkan celana pendek saat musim panas. Namun, jangan terkecoh!

Di balik penampilan santai tersebut, mereka menyimpan gairah yang tinggi, keinginan sekuat baja, optimisme naif, kepercayaan “bodoh”, dan disiplin yang tinggi. Sebuah sindrom yang dikenal dengan nama duck syndrome inilah yang sukses membuat perusahaan startup di Silicon Valley berhasil menjadi perusahaan kelas dunia dalam kurun waktu satu dekade atau lebih.

Back to basic

Seperti yang pernah saya tulis sebelumnya, penting untuk mengingat kembali hal-hal yang fundamental dalam perjalananmu membangun startup.

Kesimpulan

Sebenarnya, ada banyak tantangan yang dihadapi startup dalam prosesnya untuk bertumbuh. Yang saya tulis di artikel ini hanyalah sebagian kecil dari tantangan tersebut. Kami di KASKUS dan GDP Labs juga memerlukan waktu untuk membangun fondasi dan kini tengah mempersiapkan langkah berikutnya.

Tentunya, kami berharap adanya pertumbuhan pesat. Tapi dalam setiap langkah, kami harus tetap fokus pada keberlanjutan jangka panjang, tetap rendah hati, serta mewariskan pengalaman berharga kami kepada anggota-anggota baru.

Membangun perusahaan teknologi yang hebat ibarat perlombaan lari maraton, bukan lomba lari sprint. Sering kali, kita cenderung terburu-buru melangkah ke milestone besar berikutnya.

Seperti yang selalu saya ingatkan pada tim saya, kecepatan dan sense of urgency adalah tool terbaik startup untuk bersaing dengan kompetitor dengan modal yang besar. Sayangnya, saya melihat ada terlalu banyak perusahaan yang tergoda untuk lari sebelum mereka bisa berjalan dengan baik.

Fase permainan berikutnya adalah momen yang menarik. Banyak pemain yang tersingkir dan hanya beberapa yang bertahan

Tidak ada komentar:

Leave a Reply

Welcome to SpicyTweaks.

Copyright © Bisnis notepandx . Designed by Momizat Team. Powered to Blogger by SpicyTweaks.

Scroll to top