You Are Here : Home » » Ekspor Naik, Neraca Dagang RI Januari Bakal Surplus US$ 233 Juta

Ekspor Naik, Neraca Dagang RI Januari Bakal Surplus US$ 233 Juta

Suasana bongkar muat di Jakarta International Contener Terminal (JICT),Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (16/11). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Oktober mencapai US$ 15,09 miliar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, BPS mengumumkan neraca perdagangan Indonesia pada Desember 2017 mengalami defisit sebesar US$ 270 juta. Sedangkan secara kumulatif sepanjang Januari-Desember 2017, Indonesia mencetak surplus perdagangan senilai US$ 11,84 miliar.

Kepala BPS, Suhariyanto atau yang akrab disapa Kecuk mengungkapkan, ‎nilai ekspor Indonesia pada Desember 2017 ini tercatat sebesar US$ 14,79 miliar atau turun 3,45 persen dibanding realisasi November 2017.‎

"Penyebabnya karena terjadi penurunan nilai ekspor nonmigas 5,41 persen menjadi US$ 13,28 miliar dibanding November 2017 yang sebesar US$ 14,04 miliar," ujar ‎Kecuk pada 15 Januari 2018.

Adapun penurunan nilai ekspor barang-barang yang mengakibatkan ekspor nonmigas terseret ke bawah, antara lain lemak dan minyak hewan atau nabati US$ 119,5 juta, mesin dan peralatan listrik US$ 127,4 juta, mesin-mesin atau pesawat mekanik US$ 131,7 juta, kendaraan dan bagiannya US$ 165,7 juta, serta perhiasan atau permata US$ 205,2 juta.

Namun dari sisi ekspor migas mengalami kenaikan 17,96 persen dari US$ 1,28 miliar di November 2017 menjadi US$ 1,51 miliar di Desember 2017.

Dibanding Desember 2016 yang sebesar US$ 13,83 miliar, nilai ekspor di Desember 2017 yang sebesar US$ 14,79 miliar ini naik‎ 6,93 persen.

Realisasi nilai ekspor pada akhir tahun lalu lebih rendah dibanding realisasi impor yang sebesar US$ 15,06 miliar. Nilai impor ini turun tipis 0,29 persen dibanding realisasi bulan sebelumnya.

"Penurunan‎ terjadi karena impor nonmigas khususnya bahan baku/penolong merosot 3,05 persen dari US$ 12,90 miliar di November 2017 menjadi US$ 12,51 miliar di Desember 2017," terangnya.

Sementara impor migasnya di Desember lalu naik 15,89 persen dari US$ 2,20 miliar di November 2017 menjadi US$ 2,55 miliar di Desember 2017.

Dibanding realisasi Desember 2016 yang sebesar US$ 12,78 miliar, nilai impor di akhir 2017 ini mengalami kenaikan signifikan sebesar 17,83 persen.

"Jadi neraca perdagangan di Desember 2017 defisit US$ 270 juta. Ini adalah defisit kedua di sepanjang tahun lalu karena defisit pertama terjadi di Juli 2017 sebesar US$ 270 juta " ujar dia.

Jika dirinci, Kecuk mengatakan, defisit US$ 270 juta di Desember 2017 berasal dari surplus nonmigas yang mencapai US$ 774,7 juta, sementara neraca dagang minyak dan gas (migas) masih defisit lebih besar sebesar US$ 1,0‎4 miliar.

Secara kumulatif di Januari-Desember 2017, surplus neraca perdagangan tercatat sebesar US$ 11,84 miliar. Dengan realisasi nilai ekspor US$ 168,7 miliar, naik 16,22 persen dibanding capaian periode sama 2016 sebesar US$ 145,2 miliar.

Nilai ekspor kumulatif lebih tinggi dibanding nilai impor US$ 156,89 miliar pada Januari-Desember 2017 atau naik 15,66 persen dibanding periode yang sama 2016 sebesar US$ 135,65 miliar.

Surplus US$ 11,84 miliar sepanjang tahun lalu ditopang dari surplus neraca perdagangan nonmigas sebesar US$ 20,41 miliar, sementara migas masih defisit US$ 8,57 miliar.

"Surplus neraca dagang di 2017 sebesar US$ 11,84 miliar paling tinggi sejak 2013. Pada 2013, terjadi defisit US$ 4,08 miliar, US$ 2,20 miliar di 2014, pada 2015 mengalami surplus sebesar US$ 7,67 juta, dan pada 2016 surplus US$ 9,53 juta," terang Kecuk.

‎Dia berharap, surplus neraca perdagangan di 2018 lebih besar lagi. "Tapi memang kita harus hati-hati dengan kenaikan harga minyak dunia karena pemangkasan produksi minyak oleh OPEC dan Rusia," tandasnya.

Tidak ada komentar:

Leave a Reply

Welcome to SpicyTweaks.

Copyright © Bisnis notepandx . Designed by Momizat Team. Powered to Blogger by SpicyTweaks.

Scroll to top